Oleh ; Kahpiana[*]
Aku melihat realitas disekitarku, bising mendengar dengan suatu yang namanya perubahan, entah mengapa?, apakah mereka takut dengan ancaman pada mereka, ataukah mereka tak mau perubahan dan nyaman dengan keadaannya.
Kita adalah penggerak atas semuanya, tapi terkadang kita tidak tau bahwa kita adalah penggerak itu, dan kita bingung mau kemana kita akan melangkah, dan kita mati langkah dengan suatu dogma yang membelanggu cara pandang kita baik budaya, norma dan bahkan agama. Kita tau di rezim orla (orde lama), orba (orde baru) banyak mereka yang diuntungkan dengan tindakanya yang oportunis mereka manut, patut, tapi tidak bebas, tapi sedikit bagi mereka yang revolusioner mengangkat suatu yang menengtang ketika zaman itu mereka dibuang, dipenjarakan dan bahkan mereka dibunuh salah satu contohnya Pramudia A Toer, Tan malaka, Rivai apin dll. Demikianpun sekarang ini zaman orde yang paling baru (Reformasi) yang menganut faham katanya democrasi masih banyak Politik Tajug bercokolan dimana-mana. Kekuasaan ditangan rakyat yang sering kita dengungkan laksana kapal air yang tanpa nahkodanya. Kebesasan yang sering kita degungkan menjadikan alat bagi kita melakukan salahkaprah. Kekuasaan sampai kapanpun menjadi suatu rebutan para elite kita.
Menghadapi kampanye pilpres yang namanya kemiskinan, pendidikan, pengangguran dll menjadi bahan pembicaraan kampanye para elite. Parpol berideologi manapun pasti tak kalah bualanya, baik yang berbau nasionalis, agamis bahkan nasionalis maupun agamis pun demikian. Hari ini rakyat kita telah dibodohkan oleh suatu gerakan yang sering mengatas namakan gerakan SOSDEMPRAK (sosialis demokrasi kerakyatan). Tapi tidak pernah sama sekali parpol kita mengajarkan pendidikan politik pada rakyat, bagaimana rakyat kita menghasilkan hidup yang layak toh pada akhirnya suatu ruang pendidikan politik tidak diberikan, rakyat kita sama sekali tidak diberi kesadaran akan suatu manisfestasi kehidupan democarsi yang dimana menjadikian cara pandang mereka rasional, objektif, dan egaliter dan itulah ciri masyarakat system Negara democrasi. Kita lihat banyak elite kita secara jelas ketika zaman orba melakukan suatu gerakan yang melanggrar HAM, Korupsi, Kolusi dan Nepotisme tapi hari ini mereka dengan leluasa mencalonkan pemimpin bangsa ini. Ini maksud saya rakyat tidak mendapat kesadaran untuk menilai secara objrktif memilih dan menentukan pemimpinya.
Aku heran sepertinya dengan tatanan kehidupan bernagara di bumiputra ini, masih ada elite yang merauk uang negara untuk kepentingan pribadi, pusing rasanya semakin hari semakin banyak yang aku tau, kejanggalan realitas disekitar menjadikan aku tak mau diam saja yang ada dihatiku adalah REVOLUSI, sudah saat kita perbincangkan tentang arah bangsa ini kedepan, sebab kalau hari ini turunan orba, orla masih bercokol di kursi pemerintahan ini berbahaya bagi bangsa. Kepentingan pribadi dan kelompok kita redam dulu sebaiknya kita bersatu dalam nuansa kehidupan yang bersatu menjadi tubuh yang bertajuk PERUBAHAN.
REVOLUSI ITU MENCIPTAKAN !!
(Tan Malaka)
*Penulis adalah ketum HMI KOMTAR 2008-2009
No comments:
Post a Comment