Tuesday, August 31, 2010

Lesunya Gerakan Mahasiswa


Oleh.Oki Sukirman Dzil-Akhwaini*

Apakabar kini gerakan mahasiswa (GM)? Sudah lama tak terdengar gebrakan-gebrakanatas nama hati nurani rakyat. Kenapa kau sudah lama absen menjadi gardaterdepan (avant garde) sebagai agent social of change dan agentsocial of contro? Kemanakah kini semangatmu yang dulu membara melawan tiranikekuasaan yang tidak berpihak kepada rakyat? Oleh sebab apa gerakanmu seolah lesudan tidak berdaya diterpa angin kekuatan politik kekuasaan yang semakin kuat ini?

Pertanyaanitulah yang mungkin hari ini muncul terhadap GM. Dalam perjalanan sejarahbangsa ini, jelaslah bahwa GM dapat menunjukkan peran strategisnya sebagaikomunitas yang mampu menjadikan dirinya sebagai instrument perubahan. Darisebelum kemerdekaan, GM senantiasa proaktif dalam memperjuangkan kemerdekaan,entah dengan mengangkat senjata langsung atau melalui gerakan-gerakan terpimpinberupa gerakan intelektual. Begitupun pasca kemerdekaan, sejak masa orde lama,orde baru hingga orde reformasi, GM tidakpernah absen dalam pembangunan mengisi kemerdekaan.

GM pada tahun 1998 (sebut saja angkatan 98) secara sosio politis peranannya samadengan generasi sebelumnya (Angkatan 1908 , 1928, 1945, 1966, 1974 dan1977/1978). Ada kesamaan yang menjadi kekuatan pendorong (driving force) dari gerakan-gerakan mahasiswa di setiap angkatantersebut yakni pergerakan mahasiswa selalu muncul dalam situasi dan kondisiyang ditandai oleh terjadinya masalah besar yang dampaknya dirasakan olehseluruh masyarakat.

Lalubagaimana hari ini? Rupanya setelah GM pada tahun 1998 yang berhasil menggulingkanorde baru, GM seolah tenggelam entah ke mana dan menjadi lesu. Apakah GM tidaktergugah oleh ketimpangan social yang semakin meraja lela. Ketidakadilan yang sudahsemakin telanjang di mata rakyat. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidakberpihak kepada rakyat.

Bagaimanapun (pasti) selalu ada kekuatan yang melemahkan gerakan mahasiswa baik dulu ataupunkini, sehingga menyebabkan GM lesu, melempem bahkan tenggelam. Sayamenganalisis, terjadi kelesuan tersebut disebabkan oleh dua faktor, faktorinternal dan eksternal.

Faktor nternal dari lesunya GM. Pertama, kealpaan kaderisasi pada GM di setiaporganisasi. Bukan rahasia umum lagi bahwa hari ini organisasi-organisasi besaryang dahulunya menjadi penggerak GM seperti HMI, KAMMI, PMII, GMNI, PMKRI danlain sebagainya, hari ini tidak lagi "seksi" dan tidak menjadi pilihan bagimahasiswa. Mahasiswa baru khususnya, sepertinya ogah untuk berorganisasi,paradigma yang muncul cukuplah menjadi "mahasiswa kupu-kupu" (kuliahpulang-kuliah pulang) agar cepat selesai kuliah atau menjadi "mahasiswa kunang-kunang"(kuliah nangkring-kuliah nangkring) hanya untuk kesenangan. Impilkasinya sangatbesar, banyak organisasi yang sejatinya menjadi incubator dalam membentukmahasiswa sebagai agent perubah, justru lesu dan tenggelam karena kekurangankader penerus.

Kedua,budaya organisasi yang sangat rendah. Faktor kedisiplinan setiap insaneorganisasi; ketidaktepatan waktu, buruknya tata kelola administrasi, hingga miskinnyakegiatan-kegiatan dalam mengembangkan nuansa intelektual, merupakan penyebabdari lesunya GM. Sebab bagaimanapun sebuah organisasi tidak mungkin menjadi "kawahcandradimuka" bagi mahasiswa mana kala budaya kedisiplinan yang dibangun dalamorganisasi tersebut sangat kurang.

Selain faktor internal, juga faktor eksternal. Pertama, semakin kuatnya arus globalisasidengan faham kapitalisme dan materialisme. Kita lihat bagaimana orientasiperkuliahan di kampus-kampus hari ini, yang hanya bertumpu pemenuhan kebutuhanpasar. Hal ini menyebabkan GM menjadi "barang yang langka" di kampus-kampusbesar. Banyak mahasiswa merasa sia-sia jika masuk organisasi sebab kebutuhanpasar akan kompetensi profesionalisme tidak akan didapat melalui organisasi,sehingga mahasiswa lebih tertarik pada orientasi berbasis profit dan kegiatan-kegiatanpenunjang perkuliahannya, seperti kursus dan magang.

Selainitu juga, karena faham kapitalisme dan materialisme itulah terjadi hegemonihedonisme yang menyebabkan mahasiswa lebih memilih "zona nyaman" hanya sebagai mahasiswa"biasa". Potret mahasiswa kunang-kunang itulah yang terjangkit oleh hegemonihedonisme. Mereka ingin menikmati masamuda dengan berfoya-foya dan kesenangan belaka, sambil berharap tua kaya rayadan mati masuk surga.

RedesainGerakan Mahasiswa

Olehkarenanya dalam perspektif saya, GM perlu diberi suntikan "obat kuat" agarkembali bergeliat dan maju ke depan sebagai pelopor perubahan dalam melawanketidakadilan. Perlu ada upaya mendesain kembali (redesain) GM. Tentunya GM iniharuslah di mulai dari organisasi-organisasi kemahasiswaan yang ada hari ini.

Sepertiterurai dari beberapa factor internal dan eksternal di atas, ke depannyaorganisasi mahasiswa harus menjadi organisasi yang modern, yang mampu menjawabkebutuhan mahasiswa sambil tetap menjaga kemurniaan idealisme organisasitersebut. Dan kemurniaan organisasi mahasiswa dapat terjaga manakala ideologiyang menjadi "kompas" sebuah organisasi dapat terjaga dan dipegang teguh. Sebabideologilah yang menjadi "obat kuat" dan pemicu untuk kembali menggeliat,bergerak dan melawan. Jika tidak demikian, maka gerakan mahasiswa hanya tinggalmenunggu waktu untuk punah, tergerus bersama waktu. Tentu, semoga tidak.

*Penulis adalah Kader HMI Kab. Bandung. Pengurus Badan Koordinasi (Badko) HMI Jawa Barat. Pegiat RausyanFikr Insitute (Rafik Insitute).

No comments:

 
@Copyright © 2007 Depkoinfokom HMI Design by Boelldzh
sported by HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Cabang Kabupaten Bandung
Pusgit (Pusat Kegiatan) HMI Jl.Permai V Cibiru Bandung 40614
email;hmi[DOT]kab[DOT]bdg[ET]gmail[DOT]com