Saturday, November 10, 2007

Makna Al-Qur'an

I'jaz Al-Quran
Shubhan AL-Munawwar

MemperingatiNuzulul Quran 1428 H
Sebagai sebuah kitab suci yang menuntut keyakinan dari penganutnya, kewahyuan al-Qur’an selalu diuji akan kebenarannya. Dalam sejarah di masa sahabat sendiri terjadi seorang yang bernama Musailamah al-Kadzab mencoba membuat ayat-ayat untuk menantang ketinggian bahasa al-Qur’an dari sisi sastranya.

Susunan yang dibuat oleh Musailamah ini telah banyak mendapat tantangan dan cemoohan bagi bangsa Arab, baik mereka yang mengerti maupun yang tidak mengerti sastra, baik susunan bahasanya yang janggal maupun isi dan maknanya yang dangkal, sehingga tidak dapat menarik simpati dari bangsa dan golongannya sendiri. Seiring dengan perkembangan zaman, tantangan akan kebenaran wahyu al-Qur’an bukan hanya pada sisi bahasa, makna dan sastra.

Kecanggihan super teknologi hasil kemajuan sains pun sepertinya masih penasaran dengan kemu’jizatan al-Qur’an, wahyu yang diterima Nabi melalui perantara Jibril ini. Al-Qur'an bukanlah kitab ilmu pengetahuan alam, arsitek, iptek, atau fisika. Tapi al-Qur'an adalah kitab petunjuk atau pembimbing untuk pembaharuan dan perbaikan.

Namun demikian ayat¬-ayatnya tidak terlepas dari isyarat-isyarat tentang masalah-masalah alam semesta, kedokteran, geografi, geologi, biologi, dan yang lainnya yang semuanya menunjukan kemu'jizatan al-Qur'an dan kedudukan dari wahyu Allah Swt. Itulah yang kemudian Menurut Mahmud Ibn Alwi al-Maliki dalam kitab al-Zubdat al-Itqan al-Qur’an sebagai mu'jizat karena manusia telah dikalahkan sehingga tidak mampu untuk mendatangkan yang sama dengannya.

A. PENDAHULUAN
Dari tahun ke tahun bahkan telah lima belas abad lamanya. Al-Qur'an sanggup menjawab tantangan zaman hal ini diasumsikan oleh karma A1-Qur'an sendiri sebagai sumber pengetahuan yang ditulis dengan indah dan gaya bahasa yang tinggi tanpa terukur dan tanpa batas (Ahmad Mahmud Soliman, 1985:43). Al-Qur'an sendiri memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat, salah satu diantaranya adalah bahwa isi merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah dan is adalah kitab yang selalu dipelihara (Quraish Shihab, 1994: 1). Dalam Al-Qur'an sendiri Allah menegaskan, Inna nahnu nazzalna al-dzikra wa inna lahu lahafizhun, (Sesungguhnya kami yang menurunkan Al-Qur'an dan kamilah yang akan memeliharanya).

Sisi lain dari kehebatan al-Qur'an, tak pernah ada nama dan peneliti baik masa dulu atau modem yang telah berhasil meliput seluruh segi i'jaz Al-Qur'an. Akhir dari apa yang mereka pahami itu adalah bahwa mereka membahas segi-segi i'jaz Al-Qur'an yang disampaikan dalam bahasa mereka dan sejauh batas kemampuan mereka serta keilmuaan mereka.
Penulis yakin semakin maju zaman dengan penelitian yang terus menerus terhadap Al-Qur'an, maka akan semakin tampak segi-segi i'jaz yang barn vang tidak diketahui sebelumnya.
Artikel ini mencoba menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan pengertian i'jaz a-Qur'an, baik ditinjau dari aspek bahasa, makna, dan aspek sosiologis dulu dan kekinian, sehingga akan memperjelas sampai di mana kemu'jizatan al-Qur'an tersebut sebagai wahyu Ilahi.

B. MAKNA I'JAZ AL-QUR'AN
Kata diambil dari bahasa Arab. yang berarti 'melemahkan atau men jadikan tidak mampu. sedang pelakunva (yang melemahkan) dinamai mu’jiz. Kata mu'jizat ditambah to marbuthah menjadi mu'jizat, menurut Quraish Shihab, mengandung makna mubalaghah (superlatif) yakni menunjukan kemampuannya melemahkan pihak lain sangat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, (Quraish Shihab, 1998:23) atau al-I’jaz ialah al- itsbatul a’jaz (menetapkan bahwa ia melemahkan lawannya). Al-Ajuru ialah dhiddhul al-qudaru, kebalikan dari mampu, yaitu tidak dapat melakukan sesuatu bila sudah diakui, bahwa sesuatu bersifat dengan al-i'jaz, atau melemahkan maka pastilah is mempunyai kemampuan (Kahar Masyhur, 1992:142).

Menurut Mahmud Ibn Alwi al-Maliki (t.t.:l 18) dalam kitab al-Zubdat al-Itqan dinamakan mu'jizat karena manusia telah dikalahkan sehingga tidak mampu untuk mendatangkan yang sama dengannya. Sebab mu'jizat berupa hal-hal yang bertentangan dengan kebiasaan, keluar dari batas-batas faktor yang diketahui, ia juga mengatakan mu'jizat adalah hal yang diluar kebiasaan yang disertai dengan tantangan dan tidak mampu untuk ditandingi.
Sementara itu Mana' al-Qaththon dan Jalal al-Din al-Suyuthy memberi arti mu'jizat dengan "sesuatu hal yang diluar kebiasaan sebagai penolakan terhadap para penentang". Pengertian ini juga dipertegas oleh al-Zarqani yang mengartikan mu'jizat sebagai sesuatu yang melemahkan manusia baik secara terpisah maupun berkelompok untuk mendatangkan sesuatu yang serupa dengannya, atau yang bertentangan dengan kebiasaan. karena la keluar dari batas sebab-sebab yang diketahui (Muhammad 'abd al-Azhim AI-Zarqani, t.t.:56)

C. I'JAZ AL-QUR'AN DITINJAU DARI SISI AL-QUR'AN

l. Aspek I'jaz AI-Qur'an dari susunan bahasanya
Sebagai mana diketahui al-Qur'an diturunkan dl tengah-tengah bangsa Arab yang telah mencapal puncak kemajuan di bidang kesusasteraan, tetapi susunan bahasa Ilahiyah yang terkandung di dalam al-Qur'an sesuai dengan fungsinya sebagai mu'jizat terbesar bagi kerasulan nabi Muhammad dapat mengungguli ketinggian bahasa sastra yang dipergunakan oleh para penyair dan orator yang ternama di masa itu dan bahkan al-Qur'an dapat mematahkan kebanggaan mereka dalam menyusun dan mengubah paramasastra yang selama ini disanjung-sanjung dan diagungkan
Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab, hal ini telah dijelaskan dalam firman Allah:
Artinya:
'Sesungguhnya telah kami turunkan al-Qur'an dengan bahasa Arab, supaya kamu memahaminya”. (Q.S. Yusuf: 2)

Dalam ayat lain Allah berfirman:
Artinya:
"Demikianluh kami wahyukan kepadamu al-Quran dalam bahasa Arab, supaya kumu memberi peringatan kepada ummul Quro {penduduk Makkah) dan penduduk (negeri-negeri sekelilingnya) (QS. Asy-.Syuraa: 7)

Kalau kita perhatikan kedua ayat tersebut, maka jelas bahwa Allah sengaja mewahyukan al-Qur'an yang menjadi bekal mu'jizat nabi Muhammad dengan mempergunakan bahasa Arab, bahasa dari penduduk dunia yang paling tinggi pada masa itu, agar mereka membaca, memahami dan melaksanakan petunjuk-¬petunjuknya. Karena bangsa Arab waktu itu telah terbiasa mendengar dan menghayati susunan bahasa sastra yang tinggi dari karya gubahan para penyair atau susunan para orator yang masyhur.

Dikisahkan dalam Fathul barri, Ibnu Abas pada suatu hari datang Walid bin Mughirah kepada nabi Saw. Beliau bacakan kepadanya ayat-ayat al-Qur'an, terlihat sangat tertarik olehnya. Lalu berita itu disampaikannya kepada Abu Jahal dan untuk disampaikan kepada kaumnaya, tapi setelah dipikir-pikir la menyadari, ia mengatakan "ia (al-Qur'an) bagaikan sihir yang mempesona" dan mengatakan "ia lebih mengesankan dari yang lain".

Terdapat pula kisah Tufeil bin 'Amir yang sastranya halus bagaikan kapas, sehingga dia tidak merasa perlu mendengarkan al-Qur'an. Tapi setelah dia dapat mendengarnya langsung dari Rasulullah Saw dan dia tertarik sekali olehnya, sehingga menyatakan diri masuk Islam (Kahar Masyhur, 1992-143).

Disisi lain juga al-Qur'an sengaja menantang, tantangan tersebut dikemukakan bagi siapa saja yang masih meragukan keindahan gubahan bahasa Ilahiah dan masih meragukan kebenaran mu’jizat al-Qur'an yang menjadi bukti kemu'jizatan dart kerasulan Muhammad Saw tantangan itu terdapat dalam firman¬Nya :
Artinya:
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur’an yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhummud), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar (Q.S. al-baqarah: 23)
Sebagai contoh dan bukti, dapat kita periksa karya yang mencoba menandingi gaya bahasa al-Qur'an, yang dibuat oleh Musailamah al-Kadzab setelah Nabi Muhammad Saw wafat. Diantaranya adalah:
Artinya:
"Gajah, apakah gajah itu? Tahukah kamu apakah gajah itu? Gajah adalah yang ekornya kopat-kapit, dan belalainya panjang. Sesungguhnya yang demikian itu ciptaan Tuhan yang sedikit sekali ".

Susunan yang dibuat oleh Musailamah ini telah banyak mendapat tantangan dan cemoohan bagi bangsa Arab, baik mereka yang mengerti maupun yang tidak mengerti paramasastra, baik susunan bahasanya yang janggal maupun isi dan maknanya yang dangkal, sehingga tidak dapat menarik simpati dari bangsa dan golongannya sendiri.

Jelaslah bahwa demikian tinggi dan agungnya bahasa al-Qur'an serhingga bukan saja zaman klasik namun juga masa kini, bahkan sampai kapan pun, al¬Qur'an akan tetap dikagumi dan tidak akan ada yang menyamainya. Oleh karena itu mu'jizat al-Qur'an dari segi kebahasaan ini akan tetap relevan baik pada zaman klasik maupun kekinian.
2. I'jaz Kandungan al-Qur'an
Al-Qur'an sebagai mu'jizat mempunyai kandungan ayat antara lain:
a) Aturan-aturan Ilahi yang sempurna
Undang-undang Tuhan dalam al-Quran melebihi undang-undang buatan manusia sejak dulu, al-Qur'an menjelaskan pokok-pokok aqidah, hukum-hukum ibadah, norma-norma keutamaan dan sopan santun, juga tentang aturan-aturan hukum ekonomi, sosial kemasyarakatan, memuat tentang persamaan kebebasan, musyawarah dan sebagainya. Contohnya; aturan al-Qur'an untuk bersaksi ketika mengadakan jual beli dan menulis hutang piutang, seperti:
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan hendaklah kamu menuliskannyu. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar... (QS. Al-baqarah: 282).

Aturan ini merupakan sesuatu hal yang baru pada saat turunnya al-Qur'an, dan merupakan sesuatu yang harus menurut budaya modern. Dengan contoh ini jelaslah, bukankah al-Quran sudah modern sejak dulu.
b) Isyarat ilmu pengetahuan
Berdasarkan keyakinan kita bahwa al-Qur'an bukanlah kitab ilmu pengetahuan alam, arsitek, iptek, atau fisika. Tapi al-Qur'an adalah kitab petunjuk atau pembimbing untuk pembaharuan dan perbaikan. Namun demikian ayat¬-ayatnya tidak terlepas dari isyarat-isyarat tentang masalah-masalah alam semesta, kedokteran, geografi, geologi, biologi, dan yang lainnya yang semuanya menunjukan kemu'jizatan al-Qur'an dan kedudukan dari wahyu Allah Swt. Yang pasti bahwa nabi Muhammad seorang nabi yang ummi, lahir dari lingkungan yang jauh dari kebudayaan. Keluarganya adalah ummi seperti pengakuan beliau, tidak pandai menulis dan menghitung teori ilmiah yang diisyaratkan al-Qur'an pada masa itu belum dikenal. Adapun isyarat-isyarat ilmiah tersebut, sebagiannya baru terungkap pada masa modern, masa atom, planet, dan internet sekarang ini. Diantara firman Allah itu ialah:
Artinya:
“Perhatikanlah apa-apa yang pada semua langit dan bumi.”. (Yunus: 101)
Kemudian asal kejadian kosmos itu sendiri, dalam surat al-anbiya ayat 30, yaitu:
Artinya:
"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasannya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antura keduanya. Dan dari air kami .jadikan segala sesuatu yang hidup Maka mengapakah mereka tidak juga beriman ?

Dalam ayat-Nya yang lain dalam surat al-Hijr ayat 22, yaitu:
Artinya:
“Dan kami telah meniupkan ungin untuk mengawinkan (tumbuh-¬tumbuhan) dan kami turunkan hujan dari langit, lalu kami beri minum kamu dengan air itu, dan bukan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya..

Ayat di atas menjelaskan bahwa langit dan bumi pada suatu ketika adalah suatu gumpalan kemudian dipisahkan Tuhan, merupakan suatu hakikat ilmiah yang tidak diketahui pada masa turunnya al-Qur'an oleh masyarakatnya. Tetapi ayat ini tidak mennci kapan dan bagaimana terjadinya hal tersebut (Quraish Shihab, 1998:110).

Dari kedua ayat di atas merupakan isyarat berpikir bagi manusia.untuk senantiasa mencari dan mencari, hasil yang di dapat kemudian dari penciptaan langit dan bumi mendatangkan kemaslahatan bagi manusia serta menyadari akan kekuasaan Allah Swt.

Begitu pula ayat berikutnya (al-Hijr: 22) manusia dapat mengambil pelajaran dari tumbuh-tumbuhan yang akhirnya manusia bisa mengembang biakan proses percepatan tumbuhan melalui misalnya generatif, pegetatif dan yang lainnya.

Penemuan-penemuan baru dari ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini tampak untuk tidak melemahkan kedudukan al-Qur'an sebagai mu'jizat, justru sebaliknya karena penemuan-penemuan tersebut pada dasarnya sudah diisyaratkan dalam al-Qur'an, meskipun tidak dirinci secara detil.
c) Informasi al-Qur'an tentang yang gaib
Diantara Pjaz al-Qur'an ialah, karena al-Qur'an dapat menceritakan hal-hal
yang gaib, seperti tentang sorga dan neraka. Dalam surat al-a'raf : 47
Artinya:
“Apabila pemandangan mereka dialihkan kepada orang-orang neraka, mereka ini mengatakan: au, Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama orang-orang yang zalim itu.

Dalam ayat lain:
Artinya:
Nanti dia bakal dimasukan ke dalam neraka. Tahukah engkau apakah neraka itu?. Tiadalah ditinggalkannya tubuh manusia melainkan dibakar kulit manusia. Di sana ada sembilan belas penjara. (al-mudatsir: 26-30)

Begitu pula tentang hari pembalasan. Seperti ketika khalifah Umar bin khatab memberi semangat kepada pasukan perangnya melawan tentara kafir. Dia mengajarkan kepada mereka:
Artinya:
"Katakanlah (hai Muhammad) kepada orang-orang kafir itu, "kamu akan dikalahkan dan akan dikumpulkan ke dalam neraka jahanam. Itulah tempat yang jahat (Ali Imran: 12)

d) Prediksi al-Qur'an tentang Kejadian yang akan datang
Ayat yang berupa pemberitahuan al-Qur'an tentang peristiwa yang akan terjadi. Seperti berita kemenangan Persi terhadap bangsa Romawi, Padahal surat al-Rum turun ayat 1-5 jauh sebelum peristiwa itu terjadi.
Artinya:
Alif laam miim. Telah dikalahkan bangsu Romawi. Dinegeri yang terdekat dan mereka sudah dikalahkan itu akan menang. Dalam beberapa tahun lagi bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah mereka menang dan di hari itu bergembiralah orang-orang yang beriman. Karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yangdikehendaki-Nyu. Dan Dialah yang maha perkasa lagi maha penyayang.

Begitupun dalam surat al-fath ayat 27, mimpi Rasulullah memasuki kota Makkah secara aman benar-benar terlaksana. Ini membuktikan mu'jizat yang sebelumnya manusia tidak mengetahui.
e) Berita tentang Umat-umat terdahulu
Al-Qur'an banyak mengisahkan nabi-nabi atau umat-umat terdahulu dari keluarga Imran, Dzu al Qarnain sampai kepada kisah fir'aun dalam Q. S. Yunus : 90-92. Yang ditenggelamkan dan badan-nva diselamatkan oleh Allah Swt. Sehingga menjadi pelajaran bagi umat-umat yang sekarang.
3. I'jaz AI-Qur'an Dalam Aspek Sosial Kemasyarakatan
Al-qur'an banyak membicarakan aspek-aspek sosial kemasyarakatan diantaranya:
Manusia adalah pelaku yang menciptakan sejarah. Gerak sejarah adalah gerak menuju suatu tujuan, dan tujuan tersebut ada dihadapan manusia. Maka yang harus dilakukan manusia membawa perubahan. Al-qur'an sendiri sudah sejak dulu menegaskan:
Artinya:
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum (masyarakat) sampai mengubuh (lebih dulu) apa yang ada pada siri mereka (sikap mental) (Q.S' 13. 11)

Ayat ini bicara dua macam perubahan dengan dua pelaku. Pertama perubahan masyarakat yang pelakunya Allah. Ini tejadi secara pasti melalui hukum-hukum masyarakat yang diterapkannya. Kedua perubahan keadaan din' manusia yang pelakunya adalah manusia (Quraish Shihab, 1998:246).

Dalam al-Qur'an manusia diperintahkan untuk memakan makanan yang halal dan baik lagi bergizi. Dalam surat al-maidah ayat 88
Artinya: Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah rizkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepadanya.

Dalam surat Abasa juga Allah menegaskan “fal yanzuril insaanu ila toaamihi” maka hendaklah manusia itu memperhatikan makananya.. Dalam kaitannya dengan kesehatan masyarakat, gizi yang mengantar kepada kesehatan merupakan syarat untuk mencapainya.
Masih banyak lagi al-Qur'an mengungkap tentang sosial kemasyarakatan, baik kependudukan, lingkungan hidup, pergaulan dan lain sebagainya.

4. I'jaz al-Qur'an dari pemalingan manusia untuk menentangnya
Kemu'jizatan al-Qur'an juga karena ketidakmampuan manusia untuk membuat seperti al-qur'an, barangkali satu ayat saja untuk membuatnya. Dalam hal ini al-Qur'an membuat tantangan-tantangannya seperti:
Artinya:
"Maka hendaklah mereka medatangkan kalimat yang semisal al-Qur'an itu.jiku mereka orang-orang yang benar (QS. Ath-Thuur : 34)

Artinyu:
"Katakanlah: "sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain "(QS. Al-Isra : 88).
Dalam hal ini al-Qur'an benar-benar melemahkan orang-orang yang masih ragu dan tidak percaya bahwa al-Qur'an adalah wahyu Allah. Ketidak mampuan dalam membalas tantangan al-Qur'an tersebut adalah bukti bahwa al-Qur'an adalah mu'jizat.
Ada sebagian ulama yang menyatakan bahwa kemu'jizatan al-Quran adalah dengan sebab sharf (pemalingan). Artinya Allah memalingkan manusia untuk menantang al-Qur'an, padahal ia mampu. Kalaulah Allah tidak memalingkan dari hal itu, pasti mereka akan bisa menciptakan seperti al-Qur'an. Pendapat ini dikemukakan oleh Abu Ishak al-Nazham (Muhamad All al-shabuni, t.t.:135) dari golongan Mu'tazilah yang pendapatnya banyak ditentang. Secara implisit berarti al-Nazham mengatakan bahwa al-Qura'an itu bukan mu'jizat.
Kalaulah mungkin pendapat al-Nazham itu benar, timbul pertanyaan, mengapa pemalingan itu bisa terjadi ?. Mungkin jawabnya, karena I'jaz al-Qur'an.

D. Kesimpulan
I'jaz al-Qur,an merupakan sesuatu yang sangat istimewa yang dapat mengalahkan dan mematahkan setiap tantangan yang di hadapi Rasul. Ini membuktikan kebenaran nabi kepada umatnya bahwa mereka benar-benar utusan Allah, hal ini juga dibuktikan secara ilmiah dari sudut pandang yang berbeda sehingga keberadaan dan kejelasan Muhammad membawa risalah benar-benar dibuktikan secara jelas.
Jelaslah bahwa demikian tinggi dan agungnya bahasa al-Qur'an sehingga bukan saja zaman klasik namun juga masa kini, bahkan sampai kapan pun. al¬Qur'an akan tetap dikagumi dan tidak akan ada yang menyamainva. Oleh karena itu mu'jizat al Qur an dari segi kebahasaan ini akan tetap relevan baik pada zaman klasik maupun kekinian.



DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mahmud Soliman, 1985, Scientific Trend In the Our an. London: Ta-Ha Publisher Ltd.
Jalal-al-Din Al-Suyuthi, t.t., Al-Itqan, fi ul-ulum al-Qur'an Juz, II, Dzarul Fiqr.
Kahar Masyhur, 1992, Pokok pokok Ulumul Qur'an, Jakarta: Rhineka Cipta.
Mana' Al-Qhaththan, 1973, Mabaahits fi `ulumi al-Qur'an, Mansyurat al ashar al Hadits
Muhammad `abd al-Azhim Al-Zarqani, t.t., Manahilil al-lrfun, fi ulum al-Qur,an, Jilid 1, Mesir : Dar ahya al-Qutub al-arobi.
Muhamad All al-shabuni, 1976, al-Tibyan fi ulum al-Qur'an, hal 135, Terjemah. Undang Burhanudin
Undang Burhanudin, 2001, Al-llmu AI-Qur'an, Bandung: IAIN SGD.
Quraish Shihab, 1994, Membumikan Al-Qur'an, Bandung: Mizan, 1998, Mukjizat Al-Qur'un, Bandung: Mizan

Baca Selengkapnya......
 
@Copyright © 2007 Depkoinfokom HMI Design by Boelldzh
sported by HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Cabang Kabupaten Bandung
Pusgit (Pusat Kegiatan) HMI Jl.Permai V Cibiru Bandung 40614
email;hmi[DOT]kab[DOT]bdg[ET]gmail[DOT]com